Puisi Chairil Anwar yang berjudul Aku menjadi salah satu puisinya yang paling terkenal. Kutipan-kutipan lariknya banyak digunakan dan direproduksi dalam bentuk mural, kaus, maupun desain digital. Kutipan "Aku ini hewan jalang" juga kutipan "Aku ingin hidup seribu tahun lagi" menjadi yang cukup banyak (untuk tidak menyampaikan paling banyak) digunakan.
Puisi 'Aku' karya Cairil Anwar menjadi tonggak bagi bentuk dan semangat puisi Angkatan 45. Sebelum memublikasikan melaui cetakan, Chairil Anwar terlebih dahulu membacakan Puisi Aku di Pusat Kebudayaan Jakarta pada 1943.
Baca Juga: Kumpulan Hasil Analisis Puisi Karya Chairil Anwar
Puisi tersebut lalu diterbitkan di Pemandangan dengan judul Semangat. Penggunaan judul Semangat sebagai pengganti judul yang bekerjsama yaitu aku diperlukan untuk menghindari sensor dari pemerintah yang waktu itu diperintah oleh militer Jepang. Selain perubahan judul, larik yang berbunyi Ku mau tak seorang kan merayu juga diubah menjadi Ku tahu tak seorang kan merayu. Penggunaan Ku mau dianggap lebih radikal dibanding dengan Ku tahu. Jadi, penggunaan pilihan kata yang lebih 'lunak' ini bertujuan untuk menghindari penyensoran oleh pemerintah.
Berikut ini puisi Aku karya Chairil Anwar Selengkapnya:
Aku
Kalau hingga waktuku
'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini hewan jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan sanggup kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan saya akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi!
Parafrase Puisi Aku
Kalau (sudah) hingga waktuku (untuk pergi)
'Ku mau tak seorang 'kan merayu (untuk tetap tinggal)
Tidak juga kau
Tak perlu (tangis) sedu sedan(mu) itu
Aku ini (adalah ibarat) hewan jalang
Dari kumpulannya terbuang (maka harus pergi)
Biar peluru menembus kulitku (hendak menghentikanku)
Aku tetap (akan semakin) meradang (dan tetap) menerjang
Luka (ini) dan sanggup (racun ini) kubawa berlari
(terus) Berlari
(aku akan terus berlari) Hingga hilang (rasa) pedih peri (di hati)
Dan saya akan lebih tidak peduli (dengan kenyinyiran orang)
(meski begini) Aku mau (karyaku tetap) hidup (sampai) seribu tahun lagi!
Puisi 'Aku' karya Cairil Anwar menjadi tonggak bagi bentuk dan semangat puisi Angkatan 45. Sebelum memublikasikan melaui cetakan, Chairil Anwar terlebih dahulu membacakan Puisi Aku di Pusat Kebudayaan Jakarta pada 1943.
Baca Juga: Kumpulan Hasil Analisis Puisi Karya Chairil Anwar
Puisi tersebut lalu diterbitkan di Pemandangan dengan judul Semangat. Penggunaan judul Semangat sebagai pengganti judul yang bekerjsama yaitu aku diperlukan untuk menghindari sensor dari pemerintah yang waktu itu diperintah oleh militer Jepang. Selain perubahan judul, larik yang berbunyi Ku mau tak seorang kan merayu juga diubah menjadi Ku tahu tak seorang kan merayu. Penggunaan Ku mau dianggap lebih radikal dibanding dengan Ku tahu. Jadi, penggunaan pilihan kata yang lebih 'lunak' ini bertujuan untuk menghindari penyensoran oleh pemerintah.
Puisi 'Aku' Karya Chairil Anwar di Dinding di Belanda | Sumber Gambar: Wikipedia.org |
Berikut ini puisi Aku karya Chairil Anwar Selengkapnya:
Aku
Kalau hingga waktuku
'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini hewan jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan sanggup kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan saya akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi!
Parafrase Puisi Aku
Kalau (sudah) hingga waktuku (untuk pergi)
'Ku mau tak seorang 'kan merayu (untuk tetap tinggal)
Tidak juga kau
Tak perlu (tangis) sedu sedan(mu) itu
Aku ini (adalah ibarat) hewan jalang
Dari kumpulannya terbuang (maka harus pergi)
Biar peluru menembus kulitku (hendak menghentikanku)
Aku tetap (akan semakin) meradang (dan tetap) menerjang
Luka (ini) dan sanggup (racun ini) kubawa berlari
(terus) Berlari
(aku akan terus berlari) Hingga hilang (rasa) pedih peri (di hati)
Dan saya akan lebih tidak peduli (dengan kenyinyiran orang)
(meski begini) Aku mau (karyaku tetap) hidup (sampai) seribu tahun lagi!
Dari hasil parafrase di atas, sanggup diketahui bahwa, puisi Aku karya Chairil Anwar tersebut menggambarkan semangat untuk terbebas dari kungkungan keadaan. Si Aku sadar bahwa, usahanya untuk 'menentang zaman' niscaya akan membuatnya diasingkan (terbuang), bahkan harus siap disakiti (ditembus peluru).
Tapi tokoh 'Aku' akan tetap menerjang segala rintangan itu, tidak memedulikan rasa sakitnya yang akan hilang dengan sendirinya. Bahkan ia sama sekali tidak akan peduli, hingga suatu ketika karyanya benar-benar akan dikenang bahkan hingga seribu tahun lagi.
Baca Juga: Contoh Parafrase Lagu dan Puisi yang Lain
Baca Juga: Contoh Parafrase Lagu dan Puisi yang Lain
Analisis Diksi Puisi Aku karya Chairil Anwar
Dilihat dari diksi atau pilihan kata yang digunakan oleh Chairil Anwar, ada beberapa yang sanggup dianalisis. Antara lain penggunaan rima, dan kata kiasan (makna konotasi) dalam puisi, juga ciri khas Chairil Anwar.
Penggunaan Bunyi
Irama yang digunakan oleh Chairil Anwar muncul di hampir setiap bait puisi Aku. Hal ini tampak pada baris-baris berikut ini:
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Dalam bait di atas, tampak terperinci bahwa ada pengulangan suara sengau (ng) yang berulang-ulang dalam satu bait. Ini bukan hal yang tidak disengaja. Penggunaan suara berulang mirip ini menyampaikan bahwa pilihan kata yang digunakan benar-benar diperhatikan. Hal yang sama juga tampak pada kata meradang menerjang dalam bait berikut ini:
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Penggunaan pengulangan kata yang mirip juga tampak pada kata pedih peri dalam baris berikut:
Hingga hilang pedih peri
Dalam baris tersebut, ada dua kata yang hampir serupa bunyinya yaitu kata pedih dan kata peri yang sama-sama diawali suku kata pe dan suku kata kedua mengandung suara i.
Penggunaan Aliterasi
Aliterasi ialah pengulangan suara vokal yang terdapat dalam satu kalimat. Dalam puisi Aku karya Chairil Anwar ini terdapat beberapa aliterasi yang sanggup dianalisis.
Luka dan sanggup kubawa berlari
Dalam baris di atas, terdapat aliterasi b. Pengulangan suara /b/ terdapat pada kata bisa, bawa, dan berlari. Pengulangan suara b ini memperkuat keindahan suara pada puisi Aku.
Hingga hilang pedih peri
Puisi aku juga mengandung aliterasi h yang tampak pada baris di atas. Ada yang digunakan sebagai awal kata pada hingga dan hilang juga digunakan di selesai kata yaitu pedih. Penggunaan suara h yang berulang menyampaikan makna kesedihan.
Ciri Khas Chairil Anwar
Hampir dalam setiap puisinya, Chairil Anwar melaksanakan penghilangan suara untuk kata-kata yang sudah umum diketahui. Dalam beberapa puisi yang lain, Chairil bahkan menghilangkan suara ma dalam kata manusia sehingga hanya menjadi 'nusia.
Dalam puisi Aku ini, si Binantang Jalang ini, 'hanya' menghilangkan suara 'a' pada kata aku dan kata akan. Sehingga hanya menjadi 'Ku dan 'kan seperti tampak pada baris:
'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Pemendekan (atau lebih tepatnya pemotongan kata) mirip ini menjadi ciri khas Chairil Anwar dan menjadi penggerak di Zamannya.
Tema dan Amanat
Puisi ialah karya sastra di zamannya dan sanggup dimaknai lintas waktu menembus masa. Puisi Aku karya Chairil Anwar ini ditulis (digubah) dalam masa penjajahan Jepang yang sangat represif. Maka dari itu, puisi ini sanggup dimaknai sebagai puisi yang bertemakan kesanggupan diri melawan kemapanan, berjuang menjadi bangsa yang bebas dalam berkarya dan mengarungi hidup. Chairil menggambarkan hal itu sebagai 'berlari'. Bergerak dengan sangat cepat.
Meskipun sifat dan sikapnya itu akan memunculkan kesulitan dan menerima bahaya dari banyak sekali pihak, ia tidak pernah peduli. Karena ia yakin bahwa, suatu ketika karya dan sikapnya akan tetap dikenang, bahkan hingga seribu tahun lagi.
Jadi, tema dalam puisi saya ialah menjadi diri sendiri yang bebas dari penjajahan.
Adapun amanatnya adalah: Mari terus berjuang, meski mencicipi sakit. Karena di selesai usaha niscaya akan ada kemenangan.
Baca Juga: Karakter tokoh 'aku' dalam Puisi 'Aku' Karya Chairil Anwar.
Demikian referensi analisis puisi Aku karya Chairil Anwar sang Pelopor Angkatan 45.
Dari kumpulannya terbuang
Dalam bait di atas, tampak terperinci bahwa ada pengulangan suara sengau (ng) yang berulang-ulang dalam satu bait. Ini bukan hal yang tidak disengaja. Penggunaan suara berulang mirip ini menyampaikan bahwa pilihan kata yang digunakan benar-benar diperhatikan. Hal yang sama juga tampak pada kata meradang menerjang dalam bait berikut ini:
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Penggunaan pengulangan kata yang mirip juga tampak pada kata pedih peri dalam baris berikut:
Hingga hilang pedih peri
Dalam baris tersebut, ada dua kata yang hampir serupa bunyinya yaitu kata pedih dan kata peri yang sama-sama diawali suku kata pe dan suku kata kedua mengandung suara i.
Penggunaan Aliterasi
Aliterasi ialah pengulangan suara vokal yang terdapat dalam satu kalimat. Dalam puisi Aku karya Chairil Anwar ini terdapat beberapa aliterasi yang sanggup dianalisis.
Luka dan sanggup kubawa berlari
Dalam baris di atas, terdapat aliterasi b. Pengulangan suara /b/ terdapat pada kata bisa, bawa, dan berlari. Pengulangan suara b ini memperkuat keindahan suara pada puisi Aku.
Hingga hilang pedih peri
Puisi aku juga mengandung aliterasi h yang tampak pada baris di atas. Ada yang digunakan sebagai awal kata pada hingga dan hilang juga digunakan di selesai kata yaitu pedih. Penggunaan suara h yang berulang menyampaikan makna kesedihan.
Ciri Khas Chairil Anwar
Hampir dalam setiap puisinya, Chairil Anwar melaksanakan penghilangan suara untuk kata-kata yang sudah umum diketahui. Dalam beberapa puisi yang lain, Chairil bahkan menghilangkan suara ma dalam kata manusia sehingga hanya menjadi 'nusia.
Dalam puisi Aku ini, si Binantang Jalang ini, 'hanya' menghilangkan suara 'a' pada kata aku dan kata akan. Sehingga hanya menjadi 'Ku dan 'kan seperti tampak pada baris:
'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Pemendekan (atau lebih tepatnya pemotongan kata) mirip ini menjadi ciri khas Chairil Anwar dan menjadi penggerak di Zamannya.
Tema dan Amanat
Puisi ialah karya sastra di zamannya dan sanggup dimaknai lintas waktu menembus masa. Puisi Aku karya Chairil Anwar ini ditulis (digubah) dalam masa penjajahan Jepang yang sangat represif. Maka dari itu, puisi ini sanggup dimaknai sebagai puisi yang bertemakan kesanggupan diri melawan kemapanan, berjuang menjadi bangsa yang bebas dalam berkarya dan mengarungi hidup. Chairil menggambarkan hal itu sebagai 'berlari'. Bergerak dengan sangat cepat.
Meskipun sifat dan sikapnya itu akan memunculkan kesulitan dan menerima bahaya dari banyak sekali pihak, ia tidak pernah peduli. Karena ia yakin bahwa, suatu ketika karya dan sikapnya akan tetap dikenang, bahkan hingga seribu tahun lagi.
Jadi, tema dalam puisi saya ialah menjadi diri sendiri yang bebas dari penjajahan.
Adapun amanatnya adalah: Mari terus berjuang, meski mencicipi sakit. Karena di selesai usaha niscaya akan ada kemenangan.
Baca Juga: Karakter tokoh 'aku' dalam Puisi 'Aku' Karya Chairil Anwar.
Demikian referensi analisis puisi Aku karya Chairil Anwar sang Pelopor Angkatan 45.